WELCOME...............!!!!

^_^ AINI PLANOLOGI'S BLOG ^_^
JAGALAH BUMI KITA DARI TANGAN-TANGAN MANUSIA TAK BERTANGGUNG JAWAB

Jumat, 18 Juni 2010

PENGARUH COMPERATIVE CONTAIN DAN COMPETITIVE CONTAIN DALAM PERENCANAAN WILAYAH

Perancanaan yang baik merupakan suatu perencanaan yang memiliki tujuan membentuk suatu wilayah menjadi sustainable development. Konsep sustainable development dalam perencanaan suatu wilayah ini harus memperhatikan 3 aspek penting, yaitu manusia, ekologi dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat sehingga harus terpenuhi dalam suatu perencanaan. Jika salah satu aspek tidak diperhatikan atau merasa dirugikan dalam suatu perencanaan pembangunan, maka bisa dibilang perencanaan tersebut gagal. Suatu wilayah yang dalam perencanaan pembangunannya memperhatikan lingkungan maka akan membuat masyarakat merasa nyaman untuk tinggal ditempat itu, misalnya peyediaan RTH (ruang terbuka hijau), serta tempat public yang ditujukan kepada masyarakat agar bisa bersantai-santai dan bermain. Hal ini akan berdampak pula terhadap perekonomian daerah tersebut, misalnya akan banyak para investor yang masuk ke wilayah tersebut sehingga akan meningkatkan perekonomian wilayah.
Dalam menciptakan suatu wilayah yang sustainable development sampai saat ini di Indonesia masih sangat sulit direalisasikan. Hal ini diakibatkan terdapatnya beberapa kendala yang menghambat suatu perencanaan yang berorientasi terhadap konsep sustainable development. Salah satu kendala yang menghambat yaitu adanya selisih paham antara pemerintah, sektor public atau masyarakat dan pihak swasta. Padahal ketiga pihak tersebut merupakan pilar utama dalam suatu perencanaan. Ketiga pihak tersebut juga sama-sama berperan penting dalam perencanaan. Masyarakat merupakan pihak yang akan merasakan langsung dari dampak perencanaan. Pemerintah merupakan pihak yang memutuskan suatu kebijakan dalam perencanaan, tanpa keputusan pemerintah maka perencanaan tersebut tidak akan berjalan langsung. Sedangkan pihak swasta merupakan penggerak ekonomi wilayah tersebut.
Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus saling bekerjasama demi menciptakan suatu wilayah yang sustainable. Namun, permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu kurangnya kerjasama antara ketiga pilar perencanaan ini. Masyarakat di Indonesia masih tergolong pasif atau kurang partisipatif dalam suatu perencanaan, selain itu, pihak swastapun sering mementingkan keuntungan kelompok sehingga kurang memperhatikan lingkungan ataupun manusia itu sendiri, dan pemerintahpun terkadang masih kurang tegas dalam menentukan suatu keputusan.
Maka dari itu ketiga pilar penting dalam perencanaan ini harus lebih meningkatkan kerjasama dalam mengembangkan suatu wilayah baik untuk keunggulan yang comparative dan competitive. Comparative contain merupakan suatu keunggulan atau potensi yang dimiliki suatu wilayah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Sedangkan competitive contain merupakan kemampuan daya saing suatu wilayah terhadap wilayah lain berkaitan dengan keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Jadi dalam suatu perencanaan yang sustainable development harus bisa membuat keunggulan komperatif agar menjadi keunggulan yang competitive sehingga bisa memajukan wilayah tersebut. misalnya saja, suatu wilayah memiliki keunggulan comperatif dalam bidang pertaniannya maka dari itu masyarakat, pemerintah ataupun pihak swasta harus bekerjasama mempertahankan keunggulan tersebut dan berusaha membuat keunggulan tersebut agar mempunyai daya saing tinggi atau menjadi keunggulan competitive dengan cara mengekspor hasil pertanian ke luar daerah baik regional nasional ataupun internasional.
Sebenarnya di Indonesia sebagai negara kepulauan banyak mempunyai keunggulan comperatif yang bisa dikembangkan menjadi keunggulan yang kompetitif di setiap wilayahnya. Namun, yang menjadi masalah yaitu masih pada perbedaan keinginan antara masyarakat pemerintah ataupun swasta. Banyak wilayah di Indonesia yang seharusnya memiliki keunggulan competitive namun sampai sekarang belum bisa tercapai. Bahkan lebih parahnya lagi Indonesia mengimport barang yang jelas-jelas Indonesia adalah sumber penghasilnya. Misalnya saja garam, Indonesia merupakan salah satu penghasil garam terbesar di dunia, namun pada kenyataanya Indonesia masih mengimport garam dari luar negeri. Selain itu Indonesia juga menimport ikan laut dan daging sapi, padahal Indonesia juga merupakan negara dengan produksi yang cukup tinggi. Hal-hal seperti itulah yang sering menjadi kendala dalam perencanaan wilayah
Salah satu proyek yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalah seperti di atas yaitu dengan adanya mega proyek Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT). Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kerjasama ekonomi regional dan peningkatan kinerja pembangunan kawasan timur Indonesia. Proyek ini memiliki konsep perencanaan, yaitu meningkatakan keunggulan comperatif agar bisa menjadi keunggulan yang competitive. Sebenarnya proyek IMS-GT ini merupakan proyek lanjutan dari kerjasama SIJORI (Singapura-johor-riau) yang sebelumnya sudah disepakati. Pada awal tahun 1990 yang lalu. Kerjasama SIJORI tersebut dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga selanjutnya diperluas cakupan lokasi dan program kerjasamanya dalam wilayah Sumatera bagian tengah dalam bentuk kerjasama ekonomi sub-regional Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT).
Dalam kerjasama itu dirumuskan berbagai bidang yang merupakan keunggulan komperatif dalam wilayah tersebut yang disepakati untuk meningkatkan kerjasamanya kerjasamanya agar akhirnya menjadi keunggulan kompetitif. Pada umumnya, berbagai kesepakatan bersama yang telah dirumuskan erat kaitannya dengan deregulasi bidang kerjasama yang potensial, seperti dalam sektor pertanian (terutama perikanan dan perkebunan), sektor pariwisata, sektor ketenagakerjaan, dan sektor energi.
Dalam kaitannya dengan kebijaksanaan dasar pembangunan kawasan timur Indonesia (KTI), terutama untuk memantapkan keterkaitan (linkages) dengan ekonomi global dan internasional, maka perlu diciptakan pusat-pusat pertumbuhan dan andalan di kawasan timur Indonesia yang mempunyai keterkaitan ekonomi dengan pusat-pusat pertumbuhan di luar negeri. Berdasarkan pertimbangan tersebut telah ditetapkan jika pusat pertumbuhan tingkat nasional (National Development Center) berada di kawasan timur Indonesia. Kawasan timur Indonesia dijadikan sebagai pusat pertumbuhan tingkat nasional karena lokasinya yang sangat strategi (dekat dengan negara tetangga seperti Malaysia dan singapuran) dan potensial jika dikaitkan dengan pusat pertumbuhan lainnya di luar negeri.
Proyek ini sampai saat ini masih mendapat kendala dalam proses pelaksanaannya. Supaya proyek ini berjalan dengan baik dan dapat bermanfaat maka dalam pengembangan kawasan kerjasama segitiga pertumbuhan ekonomi sangat perlu diperhatikan berbagai peluang dan potensi kerjasama yang dapat dijadikan acuan awal bagi pemerintah dan dunia usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger